SEKELUMIT SANGSI  

Saturday, January 5, 2008

(Ketika Angin Atheisme Berhembus)
Oleh: Aini Aryani

Petang tak lagi jingga. Mendung menempatinya. Lalu perlahan menyulapnya dalam warna empedu. Pekat. Hitam menghalangi cerahnya. Ia mulai menerawang. Jauh…

Parmenides, George Wilhelm Friedrich Hegel, Karl Marx, Mao Tse tung, Friedrich Engels, Vladimir Ilyich Lenin, Joseph Stalin, Leon Trotsky, Ludwig Feuerbach, Bruno Bauer, dan berderet nama lain telah berhasil menjamah keyakinannya. Menderanya dalam keraguan. Bahkan mungkin merenggutnya. Yang tersisa hanyalah secuil. Mungkin. Ia melihat nama-nama itu dalam deretan para manusia yang berjejer dalam sebuah advokasi. Advokasi pengusung bendera tanpa tiang. Propaganda keyakinan tanpa iman.

Adalah Iman, satu mustika yang pernah dimilikinya. Dulu. Kini…?? Ah, ia tak tahu. Bukan karena tak mau tahu. Namun sungguh, isi benak yang pernah dipertahankannya telah mengangkasa. Ingin ia meraihnya kembali. Gagal. Ia kini telah menjadi begitu berjarak. Telampau jauh.Bagai nelayan kehilangan dayung atau si buta kehilangan tongkat, ia tak mampu melanjutkan langkah, hanya angin yang kemudian membawanya menuju arus Atheisme.

“Tuhan”…Satu kata itu memunculkan tanya di benaknya. Benarkah Dia ada? Ataukah seperti doktrin yang mereka percayai bahwa Tuhan hanya ada dalam otak manusia? Benarkah bahwa Dia tak nyata? Pernah ia didera rasa bimbang yang sangat oleh satu kalimat yang meniupkan ragu dalam jiwanya, “Coba kau buka cakrawala berpikirmu!! Teori-teori langit terlalu jauh untuk menjawab segala tanya. Kita harus logis, Kawan.”

Uffhh…Benarkah segala sesuatu harus selalu logis dan didasarkan pada akal manusia? Jika tidak, mengapa Tuhan menciptakan akal yang Dia tempatkan di otak manusia, tempat yang begitu sentralis?Pertanyaan-pertanyaan itu sekilas muncul. Terlebih ketika jiwanya digugah oleh sebuah teori ‘Rational Structure of the Absolute’ yang dinyatakan Hegel, seorang filosof Jerman yang terkenal hebat itu; “What is rational is real and what is real is rational…Reason is the Sovereign of the world.”

Hhhh…ia merasa goyah. Namun…tiba-tiba ia teringat lagi tentang satu uraian seseorang yang dulu pernah ia kagumi. Masih segar di benaknya, “Tak semua harus berdasarkan akal. Otak manusia terlampau terbatas untuk menjangkau segalanya.”

Bimbang lagi-lagi mendera. Mengerutkan dahinya. Membentuk tiga garis vertikal diantara kedua alisnya, hingga menautkan dua alis itu diatas sepasang mata elangnya. Ia menengadah ke atas. Ke arah atap bumi. Benar-benar ia telah gelap kini. Bola api penghias petang telah tertelan bulat-bulat oleh mulut malam yang tak sabar ingin menebar pesona dengan menghadirkan satu sabit. Sayang sekali, sang sabit tak mampu saingi kelamnya, hingga pesona itu tak ubahnya menjadi suasana pekat. Gelap. Segelap hatinya yang gundah. Tapi tunggu….bukankah ada nuansa indah dalam gelap??...Elegansi. Ya, tiba-tiba ada yang menggelitik hatinya untuk menyaksikan sekawanan bintang, juga merenungi galaksi lain dalam pesona gelap malam itu. Harmonisasi galaksi.

Jika segala sesuatu harus selalu didasarkan pada rasio, lalu mengapakah harmonisasi yang tercipta antar galaksi di angkasa begitu luar biasa? Tak adakah pengaturnya? Atau jika ada, lebih dari satukah Ia?...Mustahil..!!!
Jika Tuhan hanya ada dalam otak manusia, lalu bagaimanakah cara menjelaskan sebab tenggelamnya kapal Titanic yang katanya anti tenggelam itu?
Bagaimana menjelaskan begitu banyak rencana detail yang dibuat manusia kemudian hancur dalam sekejap?
Jika memang manusia tak butuh Tuhan untuk menuntun arah hidupnya, mengapa ilmu psikologi selalu berkembang ke arah yang menuntun manusia menjadi baik?
Mengapa orang-orang cerdas bisa berkumpul bunuh diri dalam sekte Heaven Gate?

Kini, tak satupun darinya dapat ia ingkari. Akhirnya, ia tiba pada satu keyakinan. Dia memang ada. Pasti. Sang Maha Mengatur. Pencipta segala yang dikehendakiNya. Segalanya tak lebih dari ‘makhluk’ yang suatu saat akan berakhir pada satu titik keniscayaan.[Nie]

*tulisan ini pernah diterbitkan oleh An-Nahdlah, buletin PCI-NU cabang Pakistan

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


9 comments: to “ SEKELUMIT SANGSI

  • bodrox
    January 8, 2008 at 9:35 AM  

    hai... namanya kurang satu: Nietzche. Kok sampe lupa sih? khe.. he.. he..

  • Anonymous
    February 7, 2008 at 2:44 PM  

    bintang terlalu terang untuk jadi saksi bergeraknya materi...apalagi menasbihkan pada materi yang abstrak...!!!
    terlalu senja untuk menamatkan pendiskusian liar marxsisme dan sosialisme. ya jika tak ada kesepakatan dimana kita telah terlalu paham tentang sosialisme dan lawannya,...akhirnya serangan ideologi hanya sekedar tuduhan. materi telah bergerak dan menjadi faktor utama sejarah manusia.
    (yana, Mahasiswi Bawean)

  • Anonymous
    February 7, 2008 at 2:44 PM  

    bintang terlalu terang untuk jadi saksi bergeraknya materi...apalagi menasbihkan pada materi yang abstrak...!!!
    terlalu senja untuk menamatkan pendiskusian liar marxsisme dan sosialisme. ya jika tak ada kesepakatan dimana kita telah terlalu paham tentang sosialisme dan lawannya,...akhirnya serangan ideologi hanya sekedar tuduhan. materi telah bergerak dan menjadi faktor utama sejarah manusia.
    (yana, Mahasiswi Bawean)

  • Anonymous
    March 4, 2008 at 3:02 PM  

    Soal Tuhan dan Rasionalitas ; hal yang perlu dicatat bahwa, segala ketidakmampuan manusia bisa berimbas kepada adanya Tuhan – dalam Islam ALLAH. Sungguh, Allah adalah mutlak yang menciptakan segalanya, termasuk akal manusia yang bila difungsikan menjadi item rasionalitas. Seluruh manusia punya i’tikad baik dalam menfungsikan akalnya. Termasuk sekaliber Hegel, Karl Marx, Mao Tse tung, Lenin, Stalin.

    Seorang Polpot atau Nazi, yang sebagian besar manusia mencela karena tidak memiliki nilai-nilai ketuhanan dengan merusak tata sistem ketuhanan yang ada dalam kehidupan manusia, adalah orang yang juga punya akal dan juga menfungsikan rasionalitasnya.

    Yang luar biasa, sosok Muhammad melawan arus besar Quraisy jahiliyah, sebutan jahiliyah untuk masa itu adalah bukti bahwa Muhammad membawa rasionalitas dengan menghadirkan Tuhan (baca: Allah) yang dapat diterima logika manusia. tentu logika tentang ketuhanan ini terus hadir dalam pergulatan rasionalitas penyebaran Islam pada zaman Nabi Muhammad. Banyak hadits dan ayat yang menjelaskan tentang kekuasaan, keagungan yang akumulasi dari rasionalitasnya adalah mampu melogikakan Allah kepada sekian juta manusia pemeluk Islam sejagat ini.

    Jadi, rasionalitas dan masalah ketuhanan adalah kesatuan yang sinergi dalam segala apapun yang dapat menjembatani manusia dalam ber-Tuhan. Soal pergulatan ketidakber-Tuhanan manusia dengan argumentasi filsafat merupakan bagian dasar dari logika keberadaan Tuhan. Argumentasi “Tak semua harus berdasarkan akal. Otak manusia terlampau terbatas untuk menjangkau segalanya.” Tak sepenuhnya dapat dibenarkan dan disalahkan.

    Sekaliber, Plato, Aristoleles, Mahatma Gandhi, Averous, Avisena adalah orang-orang yang mampu membawa Tuhan dalam rasionalitas. Sesungguhnya ber-Allah adalah bagian dari rasionalitas itu sendiri. Karena orang tidak akan mengenal Allah lebih jauh dalam ketidak-berakalan. Allah pasti dikenal dengan akal dan rasionalitas. Banyak pemikiran yang sedemikian cemerlang yang memposisikan Allah dalam rasionalitas yang mutlak dan tak terbantahkan. Kalau dalam kaidah semantik ada istilah relatifisme makna, orang bisa berbeda makna tentang sesuatu walaupun benda dan istilahnya sama. Jadi Allah bisa diartikan berbeda-beda oleh orang yang berbeda, walaupun sesama Islam.

    Ala Kulli Hal, Allah dan rasionalitas janganlah dijauhkan, karena keduanya dekat dan tidak ada batasan.

  • adi
    March 18, 2008 at 12:49 PM  

    Suatu Jum'at siang yang terasa menyengat, saat berjalan ke masjid, aku mengamati seorang pemulung. Ia mengais-ngais tumpukan di bak penampungan sampah. Wajahnya nampak lelah dan muram. Kantong kumal yang dibawa tampaknya tidak berisi banyak sampah berharga. Nampaknya ia juga tidak menghiraukan orang-orang yang berjalan menuju masjid.

    Aku tahu pasti bahwa sudah sejak pagi-pagi sekali ia lewat depan rumahku. Kebiasaan yang dilakukannya tiap hari sebelum sore hari ia menuju arah sebaliknya.

    Hatiku bertanya,"ke masjidkah dia?". Aku tidak yakin dan cenderung percaya bahwa dia tidak ke masjid. Yang aku tahu, pakaian yang dikenakannya masih sama kotor dengan kemarin. Kakinya telanjang menopang tubuh yang kurus. Seandainya ia masuk ke masjid yang bersih, aku tidak bisa membayangkan pandangan orang-orang terhadapnya. Toh dia tidak mengacuhkan suara adzan.

    Kucoba untuk merenungkan keberadaannya. Sudah makankah dia? Sebenarnya, di emperan manakah dia tinggal? Atau adakah orang lain yang dekat dengan dia? Bagaimana bila dia sakit? Apa yang dilakukannya saat hari raya?

    Aku tidak ingin membandingkan dia dengan aku dan orang-orang yang berada di masjid. Aku dan mereka adalah orang-orang memiliki kesempatan mengingat Tuhan di sela-sela kesibukan dunia. Yang lebih beruntung, mungkin, ada yang bisa selalu hidup untuk-Nya.

    Pemulung itu, sempatkah dia berfikir untuk mencari Tuhannya? Atau paling tidak sekedar ingat dengan Sang Khalik?

  • Anonymous
    March 22, 2008 at 8:24 AM  

    AKU SENANG DENGAN PANDANGAN MU BIAR PUN AKU SUDAH BERUMUR LANJUT.PENCARIAN MU TIDAK AKAN BERAKHIR HARI INI. KERANA AKU JUGA DALAM USAHA MENCARI NYA MASIH TERUS MENCARI NYA SAMPAI HARI INI. MUDAH2AN KITA AKAN MENJUMPAI NYA SATU HARI NANTI.

  • Anonymous
    March 22, 2008 at 8:24 AM  

    AKU SENANG DENGAN PANDANGAN MU BIAR PUN AKU SUDAH BERUMUR LANJUT.PENCARIAN MU TIDAK AKAN BERAKHIR HARI INI. KERANA AKU JUGA DALAM USAHA MENCARI NYA MASIH TERUS MENCARI NYA SAMPAI HARI INI. MUDAH2AN KITA AKAN MENJUMPAI NYA SATU HARI NANTI.

  • Anonymous
    March 22, 2008 at 8:24 AM  

    AKU SENANG DENGAN PANDANGAN MU BIAR PUN AKU SUDAH BERUMUR LANJUT.PENCARIAN MU TIDAK AKAN BERAKHIR HARI INI. KERANA AKU JUGA DALAM USAHA MENCARI NYA MASIH TERUS MENCARI NYA SAMPAI HARI INI. MUDAH2AN KITA AKAN MENJUMPAI NYA SATU HARI NANTI.

  • Anonymous
    March 22, 2008 at 8:24 AM  

    AKU SENANG DENGAN PANDANGAN MU BIAR PUN AKU SUDAH BERUMUR LANJUT.PENCARIAN MU TIDAK AKAN BERAKHIR HARI INI. KERANA AKU JUGA DALAM USAHA MENCARI NYA MASIH TERUS MENCARI NYA SAMPAI HARI INI. MUDAH2AN KITA AKAN MENJUMPAI NYA SATU HARI NANTI.

 

Design by Amanda @ Blogger Buster