Mendamba Langit
Friday, August 10, 2007
Kau tatap lagi bayangnya yang semakin menjauh
Dari balik jaring-jaring yang disulam laba-laba
Ternyata biru megah itu berbias maya
Ia tak seindah yang kau bayangkan
Dahulu kau kira sanggup tundukkannya
Dari ujung samudera yang bertemu dengan awan
Namun ternyata ia semu belaka
Karena kau tahu samudera tiada berbatas
Tinggi…Memang ia begitu tinggi
Iapun mengaku atap bumi yang kau pijak
Namun angkuhnya mulai pamerkan taringnya
Kau tak sudi binasa dalam terkamannya
Namun mengapa kau dan mereka berebut
Demi fatamorgana yang kau anggap nyata itu
Meski mungkin nyawa taruhannya
Bahkan mungkin imanpun harus kau gadaikan
Padahal tatkala siang meninggalkan jagad
Biru megahnya yang kau pujapun lenyap
Karena malam yang selalu menebar kelam
Menyembunyikan kemegahan yang dibanggakannya
Ya…langit yang selalu kau tuju itu
Kini telah gelap, lenyap dibalik tirai kelam
Tingginya yang kau kira terlawan
Ternyata takkan pernah dapat kau raih
Meraihnya ibarat insan dahaga mencari samudera
Tatkala sampai di tujuan, ia mulai meneguk sepuasnya
Namun tiada pula dahaga itu mati
Karena semakin ia teguk, Semakin pula ia dahaga
Kawan…
Mengapa semua itu kau sadari
Ketika maut mulai mengintaimu
Ketika kau tengah meregang nyawa…
(By: Aini Aryani)
NB:
Tulisan ini pernah dimuat di Buletin NUN,yang diterbitkan oleh Dept. Media & Informasi PPMI Pakistan, edisi Februari 2005
0 comments: to “ Mendamba Langit ”
Post a Comment