Kontribusi Wanita Pakistan Untuk Bangsanya (1)
Wednesday, November 5, 2008
Oleh: Aini Aryani M.
Dalam masyarakat Pakistan, tak jarang wanita dinilai overprotected dimana ruang lingkupnya serba dibatasi, dan tidak leluasa memberikan kontribusi di bidang sosial. Sebenarnya pandangan tersebut tak sepenuhnya benar. Dalam sejarah Pakistan beberapa tokoh wanita tertulis dengan peran pentingnya di berbagai bidang, baik politik, sosial, pendidikan, kesejahteraan, HAM, media massa, pemberdayaan wanita, bahkan militer.
Adapun tokoh-tokoh wanita Pakistan yang berperan penting dalam memberikan kontribusi untuk negerinya antara lain; Fatimah Jinnah, Begum Ra’ana Liaquat Ali Khan, Asma Jahangir, Razia Bhatti, Hina Jilani dan Benazir Bhutto.
Fatimah Jinnah (1893 -1967). Beliau Lahir pada tahun 1893, wanita gigih ini sangat populer sebagai salah satu pemimpin gerakan kemerdekaan Pakistan. Fatimah adalah saudari Quaid Azam Mohammad Ali Jinnah, pendiri Pakistan, yang juga dikenal sebagai Ibu Bangsa. Ia juga berperan dalam pembentukan Federasi Pelajar-Pelajar Wanita Muslim India pada tahun 941 di Delhi.
Tingginya peran politiknya berakhir pada tahun 1965 ketika ia menentang tradisi dengan menantang Ayub Khan dalam pertarungan ketat memperebutkan kursi kepresidenan Pakistan. Bahkan, partai konservatif seperti Jamaat Islami pun menerimanya sebagai kandidat presiden wanita saat itu.
Begum Ra’ana Liaquat Ali Khan (1905-1990). Beliau adalah istri dari mantan perdana menteri pertama Pakistan, Liaquat Ali Khan. Ia berinisiatif untuk memperkenalkan defense training bagi kaum wanita. Atas inisiatifnya sendiri, ia mendirikan Pakistan Women’s National Guard (PWNG) dan Pakistan Women Naval Reserve (PWNR) pada tahun 1949, dan diangkat menjadi ketua pengawas keduanya dengan tingkat Brigadir. Namun PWNG dan PWNR tidak dapat bertahan lama dan dibubarkan segera setelah Begum Ra’ana ditugaskan ke luar negeri sebagai Duta Besar Pakistan.
Pada tahun 1949 Begum Ra’ana menggelar sebuah konferensi yang terdiri lebih dari 100 wanita aktif di seluruh Pakistan. Konferensi tersebut mengumumkan pembentukan organisasi sukarela dan non-politik dalam masalah sosial, pendidikan, dan budaya yang dapat memberdayakan kaum wanita. Organisasi tersebut bernama All Pakistan Women's Association (APWA). Ia terpilih sebagai presiden pertamanya.
Begum Ra’ana diangkat menjadi Duta Besar Pakistan untuk Netherland pada tahun 1950-an, dan Dubes Pakistan untuk Italia tahun 1960-an. Beberapa karir, prestasi dan penghargaan yang dimiliki Begum Ra’ana adalah sebagai berikut:
(a) Dubes wanita muslim pertama dan ketua Diplomatic Corps (ketika bertugas di Netherland), (b) Gubernur wanita pertama (provinsi Sindh) di pertengahan tahun 1970-an, (c) Wanita pertama yang menjadi utusan PBB, (d) Wanita muslim pertama yang memenangkan United Nations Human Rights Award, (e) Wanita muslim pertama yang pernah menjadi penerima Woman of Achievement Medal di tahun 1950, (f) Ratu Juliana dari Netherland pernah menganugerahinya Grand Cross of Orange–Nassau, (g) Penerima International Gimbel Award atas pengabdiannya dalam kegiatan kemanusiaan pada tahun 1962, (h) Penerima penghargaan dari PBB dalam bidang hak asasi manusia yang disertakan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan instrumen hak-hak asasi manusia dalam PBB.
Asma Jilani Jahangir. Beliau lahir tahun 1952 di Lahore. Di masa mudanya, Asma pernah terlibat dalam protes melawan rezim militer Zia-ul-Haq di Pakistan ketika mendesak pemerintah untuk mencabut Undang-Undang Hudud (Hudood Ordinance) yang menjadi kontraversi saat itu. Undang-undang tersebut menyebabkan tingginya persentase korban wanita. Ia juga pernah bertugas sebagai pelapor khusus PBB dalam masalah Extrajudisial dan Arbitrasi. Ia merupakan salah satu pendiri Komisi HAM Pakistan (sekarang Dewan HAM Pakistan) dan pernah bertugas sebagai Sekretaris Jenderal dan kemudian menjadi pemimpin organisasi tersebut.
Tahun 1980, Asma Jahangir dan adiknya, Hina Jilani, bersama-sama dengan beberapa aktivis dan pengacara lainnya mendirikan firma hukum dan Forum Aksi Wanita (WAF). Demonstrasi WAF yang pertama dilakukan pada tahun 1983 ketika sekitar 25-50 wanita turun ke jalan dan memprotes kasus Safia Bibi. Safia adalah seorang wanita buta yang diperkosa dan menuntut keadilan melalui mahkamah hukum. Malangnya, ia malah dikenai hukuman penjara atas tuduhan melakukan tindak kriminal ‘zina’. Pada tahun 1995, Asma Jahangir dianugerahi Penghargaan Martin Ennals untuk Para Pembela HAM (Martin Ennals Award for Human Rights Defenders).
Asma menghabiskan hampir seluruh masa karirnya untuk membela hak-hak kaum wanita, anak-anak dan para pemeluk agama minoritas di Pakistan. Keinginannya yang kuat dalam membela mereka yang dianiaya, dan kritik-kritiknya terhadap partai-partai politik telah membuat dirinya menjadi salah satu figur kontoversial di Pakistan. (ai)
*Sebagian tulisan diatas disarikan dari Jazbah Magazine dan http://www.wikipedia.com/
Adapun tokoh-tokoh wanita Pakistan yang berperan penting dalam memberikan kontribusi untuk negerinya antara lain; Fatimah Jinnah, Begum Ra’ana Liaquat Ali Khan, Asma Jahangir, Razia Bhatti, Hina Jilani dan Benazir Bhutto.
Fatimah Jinnah (1893 -1967). Beliau Lahir pada tahun 1893, wanita gigih ini sangat populer sebagai salah satu pemimpin gerakan kemerdekaan Pakistan. Fatimah adalah saudari Quaid Azam Mohammad Ali Jinnah, pendiri Pakistan, yang juga dikenal sebagai Ibu Bangsa. Ia juga berperan dalam pembentukan Federasi Pelajar-Pelajar Wanita Muslim India pada tahun 941 di Delhi.
Tingginya peran politiknya berakhir pada tahun 1965 ketika ia menentang tradisi dengan menantang Ayub Khan dalam pertarungan ketat memperebutkan kursi kepresidenan Pakistan. Bahkan, partai konservatif seperti Jamaat Islami pun menerimanya sebagai kandidat presiden wanita saat itu.
Begum Ra’ana Liaquat Ali Khan (1905-1990). Beliau adalah istri dari mantan perdana menteri pertama Pakistan, Liaquat Ali Khan. Ia berinisiatif untuk memperkenalkan defense training bagi kaum wanita. Atas inisiatifnya sendiri, ia mendirikan Pakistan Women’s National Guard (PWNG) dan Pakistan Women Naval Reserve (PWNR) pada tahun 1949, dan diangkat menjadi ketua pengawas keduanya dengan tingkat Brigadir. Namun PWNG dan PWNR tidak dapat bertahan lama dan dibubarkan segera setelah Begum Ra’ana ditugaskan ke luar negeri sebagai Duta Besar Pakistan.
Pada tahun 1949 Begum Ra’ana menggelar sebuah konferensi yang terdiri lebih dari 100 wanita aktif di seluruh Pakistan. Konferensi tersebut mengumumkan pembentukan organisasi sukarela dan non-politik dalam masalah sosial, pendidikan, dan budaya yang dapat memberdayakan kaum wanita. Organisasi tersebut bernama All Pakistan Women's Association (APWA). Ia terpilih sebagai presiden pertamanya.
Begum Ra’ana diangkat menjadi Duta Besar Pakistan untuk Netherland pada tahun 1950-an, dan Dubes Pakistan untuk Italia tahun 1960-an. Beberapa karir, prestasi dan penghargaan yang dimiliki Begum Ra’ana adalah sebagai berikut:
(a) Dubes wanita muslim pertama dan ketua Diplomatic Corps (ketika bertugas di Netherland), (b) Gubernur wanita pertama (provinsi Sindh) di pertengahan tahun 1970-an, (c) Wanita pertama yang menjadi utusan PBB, (d) Wanita muslim pertama yang memenangkan United Nations Human Rights Award, (e) Wanita muslim pertama yang pernah menjadi penerima Woman of Achievement Medal di tahun 1950, (f) Ratu Juliana dari Netherland pernah menganugerahinya Grand Cross of Orange–Nassau, (g) Penerima International Gimbel Award atas pengabdiannya dalam kegiatan kemanusiaan pada tahun 1962, (h) Penerima penghargaan dari PBB dalam bidang hak asasi manusia yang disertakan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan instrumen hak-hak asasi manusia dalam PBB.
Asma Jilani Jahangir. Beliau lahir tahun 1952 di Lahore. Di masa mudanya, Asma pernah terlibat dalam protes melawan rezim militer Zia-ul-Haq di Pakistan ketika mendesak pemerintah untuk mencabut Undang-Undang Hudud (Hudood Ordinance) yang menjadi kontraversi saat itu. Undang-undang tersebut menyebabkan tingginya persentase korban wanita. Ia juga pernah bertugas sebagai pelapor khusus PBB dalam masalah Extrajudisial dan Arbitrasi. Ia merupakan salah satu pendiri Komisi HAM Pakistan (sekarang Dewan HAM Pakistan) dan pernah bertugas sebagai Sekretaris Jenderal dan kemudian menjadi pemimpin organisasi tersebut.
Tahun 1980, Asma Jahangir dan adiknya, Hina Jilani, bersama-sama dengan beberapa aktivis dan pengacara lainnya mendirikan firma hukum dan Forum Aksi Wanita (WAF). Demonstrasi WAF yang pertama dilakukan pada tahun 1983 ketika sekitar 25-50 wanita turun ke jalan dan memprotes kasus Safia Bibi. Safia adalah seorang wanita buta yang diperkosa dan menuntut keadilan melalui mahkamah hukum. Malangnya, ia malah dikenai hukuman penjara atas tuduhan melakukan tindak kriminal ‘zina’. Pada tahun 1995, Asma Jahangir dianugerahi Penghargaan Martin Ennals untuk Para Pembela HAM (Martin Ennals Award for Human Rights Defenders).
Asma menghabiskan hampir seluruh masa karirnya untuk membela hak-hak kaum wanita, anak-anak dan para pemeluk agama minoritas di Pakistan. Keinginannya yang kuat dalam membela mereka yang dianiaya, dan kritik-kritiknya terhadap partai-partai politik telah membuat dirinya menjadi salah satu figur kontoversial di Pakistan. (ai)
*Sebagian tulisan diatas disarikan dari Jazbah Magazine dan http://www.wikipedia.com/
** tulisan diatas pernah dimuat di www.warnaislam.com rubrik Ragam Dunia (Pakistan)
November 10, 2008 at 3:50 PM
mbak Aini mash adik iparnya mas THORIQUL HAQ, MML ya?
sender: www.ejakata.wordpress.com
November 22, 2008 at 1:55 PM
bener mbak... kl ada facebook, ya bisa di-add: syaiful_bari@yahoo.com.