Kontribusi Wanita Pakistan Untuk Bangsanya (2)  

Sunday, November 16, 2008

Oleh: Aini Aryani M.


Selain Fatimah Jinnah, Ra’ana Liaquat Ali Khan dan Asma Jahangir, ada nama-nama lain yang tak kalah kontributif dalam sejarah Pakistan, seperti Hina Jilani dan Benazir Bhutto misalnya.

Benazir Bhutto (1953-2007) Benazir Bhutto adalah mantan pemimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP). Ia adalah anak tertua dari mantan perdana menteri Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto. Setelah menyelesaikan studi dasarnya di Pakistan, ia melanjutkan pendidikan ke Harvard University USA dan kemudian Lady Margareth Hall di Oxford, Inggeris.

Tahun 1988, ia dilantik menjadi Perdana Menteri Pakistan di usianya yang sangat muda, 35 tahun, sekaligus tercatat sebagai pemimpin perempuan pertama di negara berpenduduk mayoritas muslim, dan sebagai perempuan pertama yang menduduki jabatan perdana menteri dua kali ((1988–1990 dan 1993–1996).

Jasa terbesar Benazir adalah membawa perubahan politik di Pakistan. Ia memulihkan hak-hak kaum sipil yang sebelumnya dibungkam di bawah rezim militer. Terpilihnya Benazir lewat pemilu demokratis menjadi sumber insipirasi bagi para perempuan khususnya di negara berpenduduk mayoritas muslim dunia. Selama masa kampanye, pemerintahan Bhutto bersuara mengenai masalah-masalah sosial dan kesehatan kaum wanita, termasuk masalah-masalah diskriminasi terhadap wanita.

Sebagai Perdana Menteri, Bhutto berusaha keras untuk menyelamatkan masyarakat yang terbentuk dalam pengkotak-kotakan, termasuk diskriminasi antar jenis kelamin. Ia menyusun perbaikan di bidang kesehatan dan pendidikan di seluruh Pakistan. Usaha itu membuatnya dianugerahi penghargaan Bruno Kreisky Award for Human Rights pada tahun 1988. Almamaternya juga memberinya penghargaan Phi Beta Kappa pada tahun 1989.

Namun, hidupnya berakhir dengan tragis di kota Rawal Pindi saat berkampanye pada tanggal 27 Desember 2007 lalu, ketika pelaku bom bunuh diri meledakkan bom di tempat kejadian.

Hina Jilani. BeliauLahir pada tahun 1953 di Lahore. Ia seorang pengacara di Mahkamah Tertinggi Pakistan dan seorang aktivis HAM. Bersama kakaknya, Asma Jahangir, Hina mendirikan firma hukum wanita di Pakistan pada tahun 1980. Hina juga mendirikan pusat bantuan hukum Pakistan pertama pada tahun 1986 dan salah satu pendiri Komisi HAM yang sekarang dikenal dengan nama Dewan HAM.

Ia pernah menjadi wakil khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk menjadi pembela HAM. Ia telah menerima beberapa penghargaan nasional maupun internasional, termasuk UNIFEM 2001 Millennium Peace Award for Women. Pada tahun 2006 ia diangkat menjadi anggota Komisi Pencari Fakta Internasional PBB yang bertempat di Darfur.

Penutup
Selain wanita-wanita diatas, masih berderet panjang nama-nama yang mengukir sejarah di Pakistan. Saat inipun banyak dari wanita Pakistan yang duduk di kursi kabinet dan parlemen, baik di National Assembly (NA) maupun di Senate. (ai)

*Sebagian isi tulisan disarikan dari Jazbah Magazine dan http://www.wikipedia.com/
** tulisan diatas pernah dimuat di: http://warnaislam.com (rubrik Ragam Dunia)

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


Kontribusi Wanita Pakistan Untuk Bangsanya (1)  

Wednesday, November 5, 2008

Oleh: Aini Aryani M.
Dalam masyarakat Pakistan, tak jarang wanita dinilai overprotected dimana ruang lingkupnya serba dibatasi, dan tidak leluasa memberikan kontribusi di bidang sosial. Sebenarnya pandangan tersebut tak sepenuhnya benar. Dalam sejarah Pakistan beberapa tokoh wanita tertulis dengan peran pentingnya di berbagai bidang, baik politik, sosial, pendidikan, kesejahteraan, HAM, media massa, pemberdayaan wanita, bahkan militer.

Adapun tokoh-tokoh wanita Pakistan yang berperan penting dalam memberikan kontribusi untuk negerinya antara lain; Fatimah Jinnah, Begum Ra’ana Liaquat Ali Khan, Asma Jahangir, Razia Bhatti, Hina Jilani dan Benazir Bhutto.

Fatimah Jinnah (1893 -1967). Beliau Lahir pada tahun 1893, wanita gigih ini sangat populer sebagai salah satu pemimpin gerakan kemerdekaan Pakistan. Fatimah adalah saudari Quaid Azam Mohammad Ali Jinnah, pendiri Pakistan, yang juga dikenal sebagai Ibu Bangsa. Ia juga berperan dalam pembentukan Federasi Pelajar-Pelajar Wanita Muslim India pada tahun 941 di Delhi.

Tingginya peran politiknya berakhir pada tahun 1965 ketika ia menentang tradisi dengan menantang Ayub Khan dalam pertarungan ketat memperebutkan kursi kepresidenan Pakistan. Bahkan, partai konservatif seperti Jamaat Islami pun menerimanya sebagai kandidat presiden wanita saat itu.

Begum Ra’ana Liaquat Ali Khan (1905-1990). Beliau adalah istri dari mantan perdana menteri pertama Pakistan, Liaquat Ali Khan. Ia berinisiatif untuk memperkenalkan defense training bagi kaum wanita. Atas inisiatifnya sendiri, ia mendirikan Pakistan Women’s National Guard (PWNG) dan Pakistan Women Naval Reserve (PWNR) pada tahun 1949, dan diangkat menjadi ketua pengawas keduanya dengan tingkat Brigadir. Namun PWNG dan PWNR tidak dapat bertahan lama dan dibubarkan segera setelah Begum Ra’ana ditugaskan ke luar negeri sebagai Duta Besar Pakistan.

Pada tahun 1949 Begum Ra’ana menggelar sebuah konferensi yang terdiri lebih dari 100 wanita aktif di seluruh Pakistan. Konferensi tersebut mengumumkan pembentukan organisasi sukarela dan non-politik dalam masalah sosial, pendidikan, dan budaya yang dapat memberdayakan kaum wanita. Organisasi tersebut bernama All Pakistan Women's Association (APWA). Ia terpilih sebagai presiden pertamanya.

Begum Ra’ana diangkat menjadi Duta Besar Pakistan untuk Netherland pada tahun 1950-an, dan Dubes Pakistan untuk Italia tahun 1960-an. Beberapa karir, prestasi dan penghargaan yang dimiliki Begum Ra’ana adalah sebagai berikut:
(a) Dubes wanita muslim pertama dan ketua Diplomatic Corps (ketika bertugas di Netherland), (b) Gubernur wanita pertama (provinsi Sindh) di pertengahan tahun 1970-an, (c) Wanita pertama yang menjadi utusan PBB, (d) Wanita muslim pertama yang memenangkan United Nations Human Rights Award, (e) Wanita muslim pertama yang pernah menjadi penerima Woman of Achievement Medal di tahun 1950, (f) Ratu Juliana dari Netherland pernah menganugerahinya Grand Cross of Orange–Nassau, (g) Penerima International Gimbel Award atas pengabdiannya dalam kegiatan kemanusiaan pada tahun 1962, (h) Penerima penghargaan dari PBB dalam bidang hak asasi manusia yang disertakan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan instrumen hak-hak asasi manusia dalam PBB.

Asma Jilani Jahangir. Beliau lahir tahun 1952 di Lahore. Di masa mudanya, Asma pernah terlibat dalam protes melawan rezim militer Zia-ul-Haq di Pakistan ketika mendesak pemerintah untuk mencabut Undang-Undang Hudud (Hudood Ordinance) yang menjadi kontraversi saat itu. Undang-undang tersebut menyebabkan tingginya persentase korban wanita. Ia juga pernah bertugas sebagai pelapor khusus PBB dalam masalah Extrajudisial dan Arbitrasi. Ia merupakan salah satu pendiri Komisi HAM Pakistan (sekarang Dewan HAM Pakistan) dan pernah bertugas sebagai Sekretaris Jenderal dan kemudian menjadi pemimpin organisasi tersebut.

Tahun 1980, Asma Jahangir dan adiknya, Hina Jilani, bersama-sama dengan beberapa aktivis dan pengacara lainnya mendirikan firma hukum dan Forum Aksi Wanita (WAF). Demonstrasi WAF yang pertama dilakukan pada tahun 1983 ketika sekitar 25-50 wanita turun ke jalan dan memprotes kasus Safia Bibi. Safia adalah seorang wanita buta yang diperkosa dan menuntut keadilan melalui mahkamah hukum. Malangnya, ia malah dikenai hukuman penjara atas tuduhan melakukan tindak kriminal ‘zina’. Pada tahun 1995, Asma Jahangir dianugerahi Penghargaan Martin Ennals untuk Para Pembela HAM (Martin Ennals Award for Human Rights Defenders).

Asma menghabiskan hampir seluruh masa karirnya untuk membela hak-hak kaum wanita, anak-anak dan para pemeluk agama minoritas di Pakistan. Keinginannya yang kuat dalam membela mereka yang dianiaya, dan kritik-kritiknya terhadap partai-partai politik telah membuat dirinya menjadi salah satu figur kontoversial di Pakistan. (ai)

*Sebagian tulisan diatas disarikan dari Jazbah Magazine dan http://www.wikipedia.com/
** tulisan diatas pernah dimuat di www.warnaislam.com rubrik Ragam Dunia (Pakistan)

AddThis Social Bookmark Button

Email this post


 

Design by Amanda @ Blogger Buster